Kamis, 05 Februari 2015

Saling Mencintai.


Di jagat raya ini terdapat sebuah planet biru berkilauan indah. Itulah Bumi,tempat kita semua berpijak dan bernaung. Tangan-tangan Sang Maha Pencipta telah membentuk planet ini begitu cantik; tertimbang seimbang di gugusan bintang-bintang; dan terukur tepat di gerak derap sang waktu.
Kehidupan tumbuh dan gugur silih berganti semenjak lima puluh milyar tahun kelahiran matahari; sebuah evolusi yang panjang, rapi dan berhati-hati. Planet elok dan jagat raya yang agung; semua itu hanya demi kehidupan manusia, maha karya yang menyimpan cahaya-Nya. yang diturunkan dua
juta tahun lalu di Bumi ini. Sedangkan kini matahari masih menyisakan lima milyar tahun ke depan sebelum mendidihkan air di penjuru galaksi.Perjalanan manakah yang kau kan tempuh, wahai manusia? Kita dapat melakukan perjalanan akbar ke angkasa menembus gelapnya alam raya; menyentuh tepiannya yang tak terbatas. Atau. perjalanan agung kedalam diri sendiri menerobos kelamnya sang Aku; menyentuh cahaya gemilang yang ditiupkan Sang Maha Pencipta.Perjalanan manapun yang kita pilih, kita semestinya disadarkan bahwa tiada segala sesuatu ini tercipta tanpa rahmat dan cinta kasih yang melimpah-ruah. Karena itu, sesama kaki yang berpijak di bumi, sesama
kepala yang menjulang ke langit, tiada benang pengikat yang pantas ditambatkan selain hidup saling memberi, saling menerima, dan saling mencintai.

Tahukah Anda.

Gerakan kebiasaan mengunyah sebanyak 32 kali dimulai oleh seseorang yang bernama Horace Fletcher (1849-1919), yang menyusun motto :"Nature will castigate those who don't masticate", yang mempunyai arti "Alam akan menghukum siapa saja yang tidak cukup mengunyah".Para pendukung aliran ini kerap disebut "Fletcherisme".AIasan para pendukung Fletcherisme untuk mengunyah sebanyak 32 kali sebenarnya cuma karena manusia memiliki gigi sebanyak 32 buah.

Namun, para ahli di masa kini telah sepakat bahwa mengunyah sebanyak 32 kali tidak membawa manfaat apa-apa secara medis.

Kata Bijak Hari Ini

Musisi harus menciptakan musik. Pelukis harus menggoreskan
lukisannya. Penyair harus menulis sajaknya. Mereka harus melakukannya
agar mencapai puncak kedamaian dalam diri mereka sendiri. Seseorang
harus menjadi apa yang mereka bisa jadi. (Abraham Maslow)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar